Siswa Yang Akan Berhasil Dalam Pembelajaran Di Kelas

Mungkin Anda termasuk guru yang beranggapan bahwa siswa yang akan berhasil dalam pembelajaran di kelas adalah mereka yang memiliki kecerdasan tinggi? Jika Anda berpandangan seperti itu, maka Anda termasuk kelompok saya.

Saya pun dahulu berpandangan seperti itu. Tetapi dengan informasi pada artikel tentang mindset, rasanya kita perlu mengubah pandangan kita sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang benar dan mereka dapat berproses secara maksimal dalam pendidikan. Mengapa?

Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, terutama adalah kesungguhan (keseriusan), ketekunan, fokus pada tujuan, dan tidak menyerah! Lagi pula, kecerdasan itu adalah sebuah potensi, bukan hasil!

Bagaimana kita tahu bahwa siswa A akan berhasil sementara kita belum tahu bagaimana siswa A tersebut berusaha, kesungguhan dan ketekunannya dalam belajar, sikap mental dia dalam menghadapi rintangan atau bahkan kegagalan dalam berproses?

Potensi tetaplah menjadi potensi jika tidak ada perlakuan. Potensi akan menjadi hasil yang diinginkan jika dilakukan tindakan yang tepat!

Jadi, kecerdasan tinggi saja tidak menjamin bahwa siswa akan berhasil dalam pembelajaran di kelas. Dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar, tekun, fokus pada tujuan belajar, pantang menyerah!

Ketika kita para guru beranggapan bahwa siswa yang akan berhasil adalah mereka yang memiliki kecerdasan tinggi (gifted, talented), maka kita akan mengatakan juga bahwa siswa yang tidak memiliki kecerdasan tinggi juga tidak akan bethasil dalam pembelajaran.

Dan kita akan justru memberikan perhatian lebih kepada mereka yang dianggap memiliki kecerdasan tinggi (kita menyebutnya sebagai siswa cerdas) ini, — yang seharusnya, kita memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang kurang cerdas agar mereka dapat mencapai keberhasilan yang sama dengan siswa-siswa cerdas.

Perlu diketahui bahwa siswa belajar dengan keunikannya sendiri. Ada siswa yang dengan sekali dijelaskan, mereka sudah jelas. Ada juga siswa yang dijelaskan tiga kali baru jelas (padahal guru sangat jarang menjelaskan satu materi hingga tiga kali?).

Yang lebih menderita, adalah siswa yang dijelaskan hingga lima kali belum jelas juga. Akibatnya, karena guru menjelaskan materi pelajaran tidak sampai lima kali, maka anak-anak ini tidak pernah mendapatkan kejelasan dari pelajaran yang diikuti!

Padahal, cara mengajar guru yang tidak kompatibel dengan indera belajar siswa juga berdampak siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran guru.

Jadi, jika guru tidak memberikan perhatian lebih kepada siswa yang disebutkan “kurang” tersebut, maka mereka (siswa) tidak akan mencapai kemajuan dalam belajar karena pasti selalu tertinggal oleh teman-temannya yang pada akhirnya justru mereka akan berhenti belajar.

Sering terjadi, siswa enggan masuk sekolah karena merasa dirinya tidak bisa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Misalnya: siswa harus “setor” dengan hafalan tertentu kepada guru, jika tidak berhasil, mereka harus berdiri di depan kelas hingga pelajaran usai.

Karena merasa belum siap siswa memilih untuk tidak masuk kelas. Mereka malu dan takut dibuli oleh teman-temannya di kelas kalau tidak berhasil menghafalkan tugas yang diberikan guru.

Hal tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga akhirnya siswa memutuskan untuk keluar dari sekolah. Tragis!!!

Bersambung, KLIK untuk melanjutkan membaca …

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL