Pada dasarnya orang mengenal dunia luar melalui inderanya. Bagi orang kebanyakan, lima indera yang dikenal dengan sebutan pancaindera merupakan alat yang dianugerahkan Tuhan untuk mengenali dunia luar.
Bagaimana dengan siswa belajar? Bagi siswa, umumnya mereka belajar melalui visual (yang dapat dilihat atau diamati), auditorial (yang dapat didengar), atau kinestetik (yang dapat digerakkan atau dimanipulasi), meskipun kadang-kadang juga menggunakan pengecap dan peraba.
Bagi siswa tipe Visual, mereka akan lebih mudah belajar apabila menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan semacamnya.
Sementara bagi siswa tipe Auditorial, mereka akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan.
Sedangkan siswa tipe Kinestetik, mereka akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya membongkar dan memasang kembali, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya.
Bagaimana guru memfasilitasi siswa yang beragam potensi dasarnya itu untuk bisa belajar dengan mudah dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal?
Tentu saja, hal pertama yang harus dilakukan guru adalah mengenali kemudian memahami indera belajar seluruh siswanya di kelas yang diampunya.
Setelah itu, baru guru dapat menentukan media dan metode apa yang digunakan dalam pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Yang pasti, seorang guru tidak akan berhasil memfasilitasi seluruh siswa di dalam kelasnya mencapai hasil belajar secara optimal apabila guru tersebut hanya menggunakan satu macam metode saja dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, guru perlu memvariasikan metode dan media dalam pembelajaran. Ketiga tipe siswa sesuai V-A-K tadi harus mendapatkan porsi fasilitasi yang sama dalam belajar.
Taruhlah misalnya guru ingin mengajarkan materi sejarah perjuangan bangsa (IPS SD dengan topik “Detik-detik Proklamasi”).
Untuk topik ini, guru dapat membuat variasi misalnya dengan ceramah tentang Peristiwa Detik-detik Proklamasi diikuti dengan chart atau peta pikiran yang dibuat di kertas manila atau di papan tulis, memperdengarkan rekaman kaset rekorder tentang topik bersangkutan.
Atau memutar CD perjuangan sesuai topik, menyuruh sebagian siswa untuk melakukan simulasi atau bermain peran, dan menyusun skenario drama satu babak terkait dengan topik untuk dimainkan oleh siswa di kelas itu atau oleh siswa lain.
Satu hal lagi, guru harus mengusahakan agar tidak ada siswa yang stress atau tertekan dalam proses pembelajara. Mereka harus diusahakan tetap bersemangat dan enjoy, karena hal ini sangat membantu proses belajar mereka.
Apabila indera belajar V-A-K siswa sudah terpenuhi, maka sebagian besar siswa di kelas itu akan mendapatkan yang terbaik dari hasil belajarnya.
Guru tinggal melanjutkan dengan kegiatan penguatan, misalnya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menceritakan ulang atau mengajar teman-temannya yang belum berhasil, atau melalui kuiz, dan lain-lain.
Jika ini bisa dilakukan guru dan siswa berhasil dengan apa yang dilakukan guru itu, maka mengajar tidak akan lagi menjadi beban yang kadang membuat kepala tuing-tuing karena siswa seolah tidak bisa diajak berkomunikasi oleh gurunya.
Apabila sudah demikian, maka predikat menjadi guru yang sukses akan segera dapat dinikmati.