Pendekatan Pembelajaran: Deduktif – Induktif

Cara orang mendapatkan pemahaman atas suatu konsep dapat terjadi melalui alur proses yang berbeda-beda. Secara umum, dua alur inilah yang terjadi. Selanjutnya dari kedua alur yang berbeda ini, orang dapat memperkuat pemahamannya dengan mengadopsi dari keduanya.

Kedua alur itu adalah alur deduktif dan alur induktif. Kita menyebutnya pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.

Pendekatan deduktif bekerja dari umum ke khusus; sementara itu, pendekatan induktif bekerja dari khusus ke umum. Dalam mempelajari sesuatu yang baru, orang dengan pendekatan deduktif akan melihat gambaran secara umum terlebih dahulu.

Selanjutnya, dari gambaran umum itu kemudian dirinci ke bagian-bagian yang lebih kecil. Dari bagian yang lebih kecil ini dirinci lagi ke bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Pengamatan dan pengujian dilakukan terhadap bagian-bagian kecil ini sehingga membentuk bagian yang utuh sebagaimana bagian yang umum di awal.

Sebaliknya, orang yang menggunakan pendekatan induktif akan berangkat dari yang kecil-kecil, melakukan latihan-latihan, mengumpulkan data, menemukan perbedaan dan lain-lain, kemudian menemukan pola, membuat generalisasi, dan akhirnya membuat kesimpulan.

Penggunaan Pendekatan dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan kedua pendekatan di atas, yakni pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan. Kita ambil contoh pembelajaran matematika di SD (Sekolah Dasar). Misalnya guru akan mengajarkan konsep perkalian. Tujuan pembelajaran: Siswa memahami konsep bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang.

Pendekatan Deduktif. Ketika menggunakan pendekatan pembelajaran deduktif, maka guru pertama-tama menyampaikan kepada siswa bahwa perkalian itu artinya adalah penjumlahan yang berulang. Guru memberikan contohnya, misalnya: 5 x 3. Disampaikan kepada siswa bahwa 5 x 3 sebenarnya adalah 3 + 3 +3 + 3 + 3.

Dituliskan di papan tulis: 5 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3. Tanyakan kepada siswa: “Ada berapa bilangan 3 yang ditambahkan?” Ada 5. Buat contoh lain lagi, misalnya: 3 x 5 = 5 + 5 + 5. Ada berapa 5 yang ditambahkan? Ada 3. Buat contoh yang lain, misalnya: 4 x 7. Berapa angka yang harus ditambahkan? 7. Angka 7 yang ditambahkan itu ada berapa? 4. Tuliskan: 4 x 7 = 7 + 7 + 7 +7.

Begitu seterusnya, berikan contoh yang lain dengan pola yang sama dua atau tiga kali, misalnya, sehingga siswa benar-benar memahami konsep bahwa perkalian itu adalah penjumlahan yang berulang. Jika siswa sudah bisa memahami penjelasan guru di atas, guru kemudian memberikan soal-soal latihan untuk menguatkan pemahaman siswa tentang konsep yang baru saja dijelaskan.

Pastikan bahwa soal-soal yang diberikan kepada siswa menggunakan pola yang sama sebagaimana penjelasan di depan. Angkanya saja yang berbeda. Pastikan pula bahwa seluruh siswa dapat mengerjakan soal-soal latihan tersebut tanpa mengalami kesulitan (guru mengamati seluruh kelas). Untuk evaluasi, guru dapat meminta siswa mengumpulkan pekerjaannya kemudian guru mengoreksi di rumah.

Atau, guru bisa bersama siswa mengerjakan soal-soal tersebut, sekaligus mengoreksi pekerjaan siswa, sehingga siswa mendapatkan jawaban yang benar. Untuk menjamin keobjektifan, guru dapat meminta siswa untuk menukarkan pekerjaannya dengan teman-temannya di kelas.

Misalnya dengan cara mengedarkan pekerjaan ke kanan atau ke kiri sesuai hitungan guru, untuk memastikan bahwa siswa mengoreksi pekerjaan siswa lain, bukan pekerjaannya sendiri.

Setelah selesai kegiatan ini, guru kemudian menanyakan hasil pekerjaan siswa tersebut. Misalnya kalau soalnya 10, berapa siswa yang benar semua, berapa siswa yang benarnya sembilan, berapa siswa yang benarnya delapan dan seterusnya.

Jika masih ada siswa yang salah dalam pekerjaannya, maka guru dapat menjelaskan ulang konsepnya dan memberikan beberapa contoh dan latihan.

Atau jika yang membuat kesalahan hanya beberapa siswa, apalagi hanya pada soal tertentu, maka guru dapat mengajari siswa-siswa tersebut di waktu luang (di waktu istirahat, misalnya).

Bisa juga guru memilih beberapa siswa yang telah berhasil (benar semua pada seluruh soal latihan) untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil. Tujuannya agar seluruh siswa di kelas benar-benar memahami konsep perkalian yang telah diajarkan oleh guru.

Untuk evaluasi, guru memberikan lagi beberapa soal latihan kepada siswa yang belajar pada temannya ini. Pastikan bahwa seluruh siswa ini sudah benar semua dalam pekerjaannya. Jika belum, beri kesempatan kepada mereka untuk belajar lagi pada temannya (bisa memilih teman lain yang sudah benar semua dalam pekerjaannya di awal, untuk belajar).

Pendekatan Induktif. Ketika menggunakan pendekatan pembelajaran induktif, maka guru mengawalinya dengan membuat contoh di papan tulis.

Misalnya: 3 + 3 + 3 + 3 + 3. Tanyakan kepada siswa berapa bilangan 3 yang ditambahkan tersebut. Siswa menjawab 5. Kemudian guru menuliskan di papan tulis 5 x 3 setelah tanda = di sebelah 3 + 3 + 3 + 3 + 3, sehingga tulisan di papan tulis menjadi: 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 5 x 3, sekalian menjelaskan kepada siswa bahwa tiga ditambah tiga ditambah tiga ditambah tiga ditambah tiga itu sama dengan lima dikali tiga (3+3+3+3+3=5×3).

Berikan contoh yang lain, misalnya: 5 + 5 + 5. Tanyakan kepada siswa ada berapa 5 yang ditambahkan. Siswa menjawab 3. Guru menuliskan di papan tulis seperti contoh pertama di atas, sehingga menjadi: 5+5+5=3×5.

Buat lagi contoh yang lain, misalnya 7 + 7 + 7 + 7. Lakukan hal yang sama seperti proses sebelumnya, menanyakan berapa jumlah bilangan yang ditambahkan kemudian menuliskan bentuk perkaliannya. Dan seterusnya dengan beberapa contoh yang lain.

Setelah dirasa cukup dengan contoh-contoh yang diberikan, guru bersama siswa membuat kesimpulan bahwa bilangan yang ditambahkan berulang (penjumlahan berulang) itu bisa dituliskan dalam bentuk perkalian. Dengan kata lain, penjumlahan berulang sama dengan perkalian. Atau, perkalian sebenarnya adalah penjumlahan berulang.

Selanjutnya, guru memberikan latihan beberapa soal kepada siswa, dan lakukan proses sebagaimana yang dilakukan pada contoh pendekatan pembelajaran deduktif di atas.

Catatan: Pendekatan mana yang sebaiknya dipilih guru dalam pembelajaran di kelas? Jawabnya: Tergantung situasi dan kondisi kelas, termasuk materi pelajaran, tujuan pembelajaran, ketersediaan sarana, dan kesiapan siawa). Guru bisa menggunakan pendekatan deduktif, bisa juga menggunakan pendekatan induktif. Atau memadukan kedua pendekatan tersebut.

Boleh tonton video di bawah ya …

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL