Lima Kesalahan Ini Harus Dihindari Guru Dalam Mengajar

Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh teman-teman pengunjung GURU SUKSES yang mencari artikel tentang kesalahan guru dalam mengajar.

Saya memang belum pernah menulis artikel tentang hal ini, karena itu kali ini saya berikan gambaran mengapa guru sering gagal mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kegagalan guru dalam mengajar sering terjadi sebagai akibat kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru.

Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar dan pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah.

Sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif sehingga pada gilirannya sanggup memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya. Ini menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal.

Keberhasilan guru ini secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran.

Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain.

Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!”

Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali.

Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami?

Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar.

Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati.

Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi.

Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah.
Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar.

Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas.

Bersambung, KLIK untuk melanjutkan membaca …

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL