Tulisan ini sekaligus untuk memenuhi permintaan kawan guru SDIT di Jawa Timur melalui email admin@gurusukses.com, tentang metode mengajar Alquran.
Sebetulnya ada banyak metode mengajar, apa pun materi pelajaran yang diajarkan, termasuk mengajarkan Alquran.
Hanya saja, pemilihan dan penggunaan metode dalam suatu pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan: siapa yang mengajar, siapa yang diajar, dan apa yang diajarkan.
Jadi, sekali lagi, pemilihan dan penggunaan metode dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan: siapa yang menggunakan (pengajar) untuk siapa (siswa) dengan materi apa (materi pelajaran).
Nah, karena teman yang mengirimkan email dari Jawa Timur tadi mengajar di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), maka saya posting tulisan yang berkaitan dengan pembelajaran membaca Alquran dengan judul “Tip Sukses Mengajarkan Alquran”.
Untuk pembelajaran Membaca Alquran sendiri ada beberapa metode yang sudah terkenal, di antaranya: metode iqro’, metode SAS, metode tilawah, dan metode yang lain.
Adaptasi Metode
Kali ini saya akan membahas satu tip sukses mengajar alquran dengan mengadopsi metode iqro’. Metode Iqro’ banyak digunakan di TPA (Taman Pendidikan Alquran) atau TPQ (Taman Pendidikan al-Quran).
Metode Iqra’ ini dilengkapi dengan buku Iqro’ terdiri dari enam jilid. Karena buku ini memang dikhususkan untuk anak-anak yang belum tahu sama sekali dengan huruf alquran, maka pelaksanaannya terkesan sangat sederhana. Tetapi justru dari kesederhanaan itulah metode ini efektif.
Adapun caranya adalah sebagai berikut: Jika di sekolah tidak tersedia buku-buku Iqro’ yang bisa dipegang oleh siswa, sebaiknya guru menyiapkan alatnya. Papan planel dan kartu huruf. Sama dengan pembelajaran membaca bahasa Indonesia untuk kelas I SD.
Kartu huruf tadi ditulisi dengan huruf hijaiyah dengan harakat fathah dahulu. Misalnya: A Ba Ta Tsa (huruf Arab) sampai selesai. Huruf-huruf yang diajarkan dapat ditempapelkan pada papan planel.
Begitu juga ketika mengajarkan huruf ketiga, huruf pertama dan kedua harus tetap disinggung. Ini mengikuti kerja otak, bahwa semakin sering sesuatu dipikirkan, maka semakin kuat tertambat di dalam ingatan.
Untuk hari pertama cukup empat huruf saja, yaitu A Ba Ta Tsa. Ingat, pemberian pelajaran sebaiknya menggunakan fragmentasi, tidak langsung empat huruf.
Minimal ada lima fragmen. Pertama, kenalkan huruf “A” (Alif berfathah). Tapi guru tidak perlu menyebutkan itu alif berfathah. Cukup katakan saja “A”.
Anak-anak, ini A. Apa? Murid menjawab “A”. Istirahat sejenak. Ulangi lagi, huruf apa ini?
Setelah seluruh kelas, kemudian guru dapat menanyakan kepada separoh kelas.
Begitu seterusnya, hingga sampai kepada perorangan. Dengan cara ini, siswa satu kelas seharusnya sudah tahu bahwa yang ditunjukkan oleh guru tadi berbunyi “A”.