Tip Sukses Melaksanakan Model Pembelajaran Kuantum

Dalam tulisan awal tentang Model Pembelajaran Kuantum saya telah menyebutkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi,

Dan membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi.

Selanjutnya juga saya singgung bahwa konteks sebagai kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas meliputi:

  • suasana yang menggairahkan,
  • landasan yang kukuh,
  • lingkungan yang mendukung, dan
  • rancangan pengajaran yang dinamis.

Kali ini saya akan menyampaikan tip kedua pelaksanaan pembelajaran kuantum, yakni tentang penyiapan landasan yang kukuh, yang saya maknai sebagai pemberian pelatihan keterampilan dasar bagi siswa.

Tip # 2. Pelatihan Keterampilan Dasar, Belajar Caranya Belajar

Karena model pembelajaran merupakan bentuk keseluruhan pelaksanaan pembelajaran dari awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru, maka perlu disiapkan langkah-langkah pendukung keberhasilannya.

Begitu pula dengan pelaksanaan model pembelajaran kuantum. Dalam tulisan tentang model pembelajaran kuantum juga sudah saya sampaikan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kuantum (isi) meliputi enam prosedur yaitu sebagaimana tertulis di bawah:

  • penumbuhan minat siswa,
  • pemberian pengalaman,
  • pelabelan atau penamaan,
  • demonstrasi kemampuan,
  • pengulangan, dan
  • perayaan.

Nah, untuk kelancaran pelaksanaannya guru perlu memberikan pelatihan keterampilan dasar sebagai bekal untuk belajar efektif kepada siswa.

Adapun pelatihan keterampilan dasar ini secara umum meliputi empat bidang, yaiti: (1) pengenalan potensi dasar, (2) pengoptimalan daya pikir, (3) keterampilan belajar, dan (4) pengembangan pribadi.

Selanjutnya masing-masing komponen itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus seperti di bawah ini.

Pengenalan potensi dasar, meliputi: kapasitas memori, gaya belajar, kecerdasan berganda, otak dan cara kerjanya. Pengoptimalan daya pikir, meliputi: relaksasi, sugesti dan intuisi, cara memerintah bawah sadar,.

Keterampilan belajar, meliputi: teknik membaca cepat, teknik mencatat efektiff, teknik menulis kreatif, seni mendengarkan aktif, teknik berkomunikasi efektif, cara mengingat cepat, berpikir kritis, sikap duduk yang benar dalam pembelajaran.

Pengembangan pribadi, meliputi: fisik (kekuatan, ketahanan, kesabaran, kerja sama, keterampilan), mental (intelektual, emosional, spiritual), dan kunci-kunci keunggulan.

Pemberian pelatihan keterampilan dasar di atas sebaiknya dilakukan di awal tahun pelajaran, sehingga ketika proses pembelajaran dimulai, siswa sudah siap baik mental maupun fisik.

Dibutuhkan waktu enam hari untuk memberikan pelatihan keterampilan dasar, pukul 08.00-12.00 setiap hari kecuali Jumat dan Sabtu yang hanya sampai pukul 11.00.

Akan baik kiranya jika pelatihan tersebut dilakukan saat liburan sekolah, menjelang tahun pelajaran baru.

Berikut adalah sebagian materi yang perlu disiapkan termasuk alat-alat yang diperlukan.

Pengenalan kapasitas memori. Bahan yang perlu disiapkan: kartu huruf, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Kartu terbuat dari kertas karton (boleh juga kertas kover) ukuran 10 cm x 15 cm. Masing-masing kartu ditulisi dengan satu huruf konsonan (misalnya B, C, D, F, G, H, J, dst.).

Cara menggunakannya, undang satu siswa. Tunjukkan kepada siswa tersebut satu huruf kira-kira 30 detik. Suruh siswa itu mengingat-ingat huruf sebentar, kemudian suruh menyebutkan huruf dimaksud.

Pada langkah ini siswa pasti tidak mengalami kesulitan sama sekali, karena hanya mengingat satu huruf.

Langkah kedua, lakukan hal yang sama. Tetapi kali ini dengan dua huruf. Jika siswa dapat menyebutkan kedua huruf dengan benar, lanjutkan dengan tiga huruf.

Begitu seterusnya hingga siswa mengalami kesulitan, atau salah menyebutkan huruf-huruf yang ditunjukkan.

Permainan berhenti ketika siswa salah menyebutkan huruf-huruf yang ditunjukkan oleh guru. Catat nama siswa, dan pada tahap berapa huruf dia salah menyebutkan.

Ganti siswa kedua. lakukan hal yang sama seperti terhadap siswa pertama tadi, pertama tunjukkan satu huruf kira-kira 30 detik, beri kesempatan kepada siswa untuk mengingat-ingat huruf yang baru saja dilihat, dan minta dia menyebutkan huruf apa tadi.

Kalau jawaban siswa benar lanjutkan dengan huruf kedua, kalau masih benar lakukan dengan huruf ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya sampai siswa salah menjawab. Huruf terbanyak yang disiapkan adalah 10 huruf.

Jika siswa secara urut dapat menyebutkan 10 huruf dengan betul, hentikan juga permainan ini untuk siswa bersangkutan. Berarti siswa itu memiliki kapasitas memori yang hebat, atau dia sudah bisa mengoptimalkan daya ingatnya.

Berdasakan pengalaman, pada tahap awal (hingga siswa salah menyebutkan huruf-huruf yang ditunjukkan kepadanya), rata-rata siswa dapat menyebutkan secara benar antara 5-7 huruf. Ini normal, dan inilah yang kita gunakan sebagai bekal untuk pengoptimalan daya ingat siswa selanjutnya.

Taruhlah misalnya seorang siswa dapat menyebutkan ulang tiga huruf secara benar dengan mudah tetapi ketika sampai pada tahap empat huruf dia mulai mengalami kesulitan mengingat-ingat, dan ternyata jawabannya juga salah, maka tiga huruf tadi adalah modal awal.

Modal ini nanti bisa ditingkatkan, misalnya dengan membagi huruf dengan dua-dua atau tiga satu (untuk mengingat empat huruf).

Untuk memudahkan pelaksanaan, sebaiknya sudah disiapkan huruf-huruf yang sudah dikelompokkan.

Misalnya ada kelompok yang terdiri dari satu huruf saja, kelompok dua huruf, kelompok tiga huruf, dan seterusnya hingga kelompok 10 huruf.

Masing-masing kelompok ini sebaiknya tidak hanya dibuat satu set untuk menghindari anak menghafal dari teman-temannya. Intinya, siswa tidak boleh mengetahui urutan-uutan huruf sebelum pelaksanaan.

Sebab itu kalau guru hanya menyiapkan satu set untuk masing-masing kelompok huruf, boleh jadi siswa sudah menyiapkan jawaban (karena bertanya kepada teman yang lebih dahulu maju).

Kalau di sekolah ada fasilitas LCD proyektor atau in-focus, langkah ini akan semakin mudah. Guru cukup mengetikkan huruf-huruf di komputer dan siswa melihatnya di layar, kemudian menyebutkan ulang huruf-huruf dimaksud.

Cara-cara lain pun dapat digunakan, yang penting substansinya kena.

Setelah seluruh siswa di kelas mengikuti proses awal pengenalan kapasitas memori ini, kegiatan selanjutnya adalah pemberian teknik menghafal atau mengingat secara efektif. Inilah keterampilan yang harus dilatihkan.

Teknik-teknik mengingat cepat dapat digunakan, misalnya dengan membuat fragmentasi (pembagian ke yang lebih kecil.

Misalnya untuk tujuh huruf tidak langsung tujuh huruf itu melainkan dengan tiga-tiga-satu atau tiga-dua-dua atau empat-tiga atau yang lain), atau teknik mnemonic, atau teknik yang lain.

Setelah siswa diberitahu caranya mengingat sejumlah huruf tadi, mereka kemudian disuruh mempraktikkan dengan teman-temannya.

Kalau latihan dirasa cukup, langkah selanjutnya adalah demonstrasi oleh siswa seperti langkah awal di atas.

Siswa disuruh maju satu per satu untuk menunjukkan kemampuannya mengingat huruf-huruf yang ditunjukkan kepadanya.

Langkah-langkahnya persis seperti yang dilakukan pada tahap awal, mulai satu huruf, dua, tiga, dan seterusnya, berhenti ketika siswa sudah melakukan kesalahan.

Catat juga hasil dari percobaan kedua ini. Permainan secara keseluruhan bisa diakhiri jika minimal setiap siswa dapat menyebutkan lima sampai tujuh huruf secara mudah dan benar.

Pembelajarannya: kemampuan mengingat dapat ditingkatkan dengan teknik-teknik yang tepat.
Keberhasilan pelatihan ini secara otomatis akan membuka kesadaran baru pada diri siswa bahwa sesungguhnya dengan keterbatasan yang ada pada dirinya ia masih bisa meningkatkan kemampuannya, asalkan caranya tepat.

Selain itu, siswa juga akan lebih percaya diri, dan harga dirinya akan meningkat.

Keberhasilan pengembangan kapasitas memori ini selanjutnya dibawa ke kelas untuk proses pembelajaran yang sesungguhnya.

Pada umumnya, siswa yang telah mengikuti pelatihan pengenalan dan pengembangan kapasitas memori ini bisa berpikir dan bekerja lebih kreatif sehingga hasil belajarnya pun lebih baik.

Gaya belajar. Gaya belajar siswa dipengaruhi oleh modalitas belajarnya. Oleh karena itu pelatihan gaya belajar ini juga harus disesuaikan dengan modalitas belajar.

Karena pada umumnya siswa memiliki modalitas yang berbeda-beda, maka dalam pelatihan harus diupayakan agar siswa dengan modalitas belajar yang berbeda-beda itu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkannya.

Rancang materi pelatihan berdasarkan indera belajar tersebut. Untuk materi-materi yang lain dapat dibuat sendiri oleh guru.

Beberapa sumber yang bisa digunakan adalah buku-buku seperti Buku Pembelajaran Kuantum, Berpikir ala Einstein, Pengoptimalan Daya Pikir, Optimalkan Otak Anda, Kecerdasan Emosional, ESQ, dan lain-lain.

Untuk sementara tip kedua ini cukup sebagai pemberi inspirasi saja. Guru bisa berkreasi sendiri, disesuaikan dengan kondisi lapangan. Ini lebih baik karena model pembelajaran kuantum itu sendiri juga dari luar, yang tidak bisa serta-merta dilaksanakan sebagaimana adanya.

Masih memerlukan pemikiran dan kreativitas pelaksana di lapangan.

Dan, semakin membumi tentunya semakin baik. Itulah perlunya kita menyesuaikannya dengan kondisi lapangan termasuk kultur di mana kita berada.

Bersambung ke tip ke-3, KLIK untuk melanjutkan membaca …

Atau kembali ke bagian pertama, KLIK untuk membaca …

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL