Mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks. Kompleksitas mengajar tersebut mudah dikenali, karena perilaku mengajar memang melibatkan beberapa aspek pekerjaan. Mengajar tidak sekadar menuntut aktivitas fisik, tetapi juga emosional.
Ketika mengajar, guru aktif secara fisik; menjelaskan materi pelajaran, membuat tugas untuk siswa, melakukan penilaian, bergerak dari satu tempat ke tempat lain di dalam kelas, bahkan kadang juga keluar kelas, bergerak dari satu tempat ke tempat lain di sekolah.
Mengajar juga membutuhkan keterlibatan emosional guru. Ketika mengajar, guru berharap bahwa seluruh siswa di kelas dapat mengikuti pelajaran dengan baik. tetapi sering terjadi, ada-ada saja gangguan di kelas, misalnya siswa tidak memperhatikan pelajaran, siswa tidak tertib, bahkan ada yang mengganggu teman di sebelahnya yang sedang fokus.
Kadang guru berusaha untuk tidak terlalu merisaukan siswa yang “mengganggu” ini, namun apabila hal itu dilakukan terus-menerus, siswa tidak berubah juga bahkan hal ini akan berpengaruh pada teman yang lain.
Bukan hanya itu, ketika seorang guru berusaha membantu murid-muridnya memahami materi pelajaran, guru juga harus menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mencari solusi atas apa yang dialami siswa.
Dalam pembelajaran, seorang guru dapat memerankan berbagai peran dari beberapa jenis pekerjaan. Misalnya sebagai manajer, sebagai humas, sebagai artis, dan lain-lain.
Ketika terjadi masalah yang menyangkut hubungan antarteman di kelas atau antara sekolah dan orang tua, kadang guru juga bertindak sebagai penghubung. Bahkan guru juga kadang bertindak sebagai artis, baik sebagai pemain peran, penyanyi, host, dan lain-lain.