Sebagai guru, Anda mungkin menghadapi masalah dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar di kelas. Anda ingin semua siswa berhasil dalam pembelajaran, tetapi siswa-siswa yang “bermasalah” tidak menunjukkan hasil belajar yang menggembirakan Anda.
Anda panik, khawatir karena Anda tidak bisa mengatasi masalah di kelas. Anda frustrasi karena tidak tahu lagi harus berbuat apa! Apa solusinya? Silakan lanjutkan membaca!
Siswa Mengalami Kesulitan Belajar
Hampir di setiap kelas pasti ada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dibandingkan dengan siswa kebanyakan, siswa-siswa ini termasuk lamban dalam berpikir atau menanggapi rangsangan dari lingkungan.
Misalnya, ketika diberi pertanyaan sederhana, mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami maksud pertanyaan sekaligus memberikan tanggapan secara tepat terhadap pertanyaan yang diajukan, dibandingkan kebanyakan temannya di kelas.
Namun ketika kepada siswa-siswa ini diberi waktu lebih lama untuk berpikir, atau kalimat pertanyaannya diubah, atau cara bertanya yang diganti, mereka ternyata dapat memberikan tanggapan atas pertanyaan dimaksud secara tepat.
Dalam hal belajar, siswa demikian tentunya memerlukan waktu yang jauh lebih lama untuk berhasil.
Jika memahami dan menanggapi pertanyaan sederhana saja memerlukan lebih banyak waktu, siswa yang lamban berpikir ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi pelajaran.
Siswa demikian sering disebut sebagai mengalami kesulitan belajar.
Dengan demikian jika guru mengajar hanya dengan satu macam metode, misalnya metode ceramah, apalagi dengan gaya bicara yang cepat, siswa-siswa ini akan benar-benar mengalami kesulitan dalam belajar, dan mereka lebih mudah untuk gagal belajar.
Padahal, mereka tentunya tidak ingin gagal. Setiap siswa pasti ingin berhasil dalam pembelajaran, termasuk mereka yang lamban berpikir tadi. Guru juga sama, ingin semua siswa di kelasnya berhasil. Tanpa kecuali!
Guru Perlu Bersikap Inklusif Dalam Mengajar
Sikap inklusif artinya sikap menyatu dengan siswa, selalu bersama siswa, dan paham bahwa siswa memiliki perbedaan, baik dari segi kognisi, latar belakang, maupun yang lain.
Guru menghargai perbedaan, sehingga berusaha untuk menyesuaikan cara mengajarnya dengan cara siswa belajar. Dengan dasar bahwa setiap siswa adalah unik, berbeda, maka guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan satu cara untuk semua.
Guru menggunakan cara yang beragam, agar semua siswa terpenuhi kebutuhannya.
Guru yang bersikap inklusif ini tidak menarget siswa untuk tingkat kualitas yang sama dalam waktu yang sama pula. Mungkin untuk siswa yang “bermasalah” diberi waktu lebih longgar, atau diberi tugas yang berbeda namun dapat menunjukkan kualitas yang sama dengan siswa normal.
Metode beragam, media beragam, cara penilaiannya pun beragam. Dengan demikian siswa dengan latar belakang yang beragam tadi dapat mencapai target yang ditentukan.
Sikap Inklusif Memudahkan Membantu Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh guru ketika bersikap inklusif dalam mengajar di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menghilangkan perasaan “terasing” bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar;
- Guru dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan cara siswa belajar;
- Iklim kelas terasa nyaman bagi semua, tidak akan terjadi “bullying” di kelas;
- Harga diri setiap siswa akan terpelihara dan semakin meningkat.
Keuntungan-keuntungan tersebut di atas sangat bermanfaat bagi keberhasilan kelas. Siswa yang mengalami masalah belajar merasa “bernilai” dan merasa “memiliki kemampuan untuk berhasil” sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh dalam belajar.
Pada sisi lain, ketika siswa yang dianggap “bermasalah” saja bisa berhasil, hal ini tentunya akan menambah semangat bagi siswa lain yang dianggap “tidak bermasalah” untuk lebih berhasil.
Jadi, semuanya mendapatkan keuntungan, dan semuanya akan mendapatkan keberhasilan.