Di dalam diri setiap manusia sebetulnya sudah ada kemampuan dasar yang bermanfaat untuk menjalani kehidupan secara baik. Kemampuan itu adalah sebuah kecerdasan, yang berfungsi untuk membantu diri pemiliknya mengatasi berbagai persoalan hidup.
Ya, kecerdasan dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Kecerdasan inilah yang disebut kecerdasan sejati.
Kita paham, bahwa dalam kehidupan, manusia tidak ada yang terbebas sama sekali dari masalah.
Sekali, dua kali, atau tiga kali pasti pernah mengalami. Bahkan ada juga orang-orang yang hidupnya selalu dirundung masalah.
Di satu sisi, masalah bisa menguatkan manusia. Tetapi tidak jarang terjadi, masalah justru bisa membuat diri pemiliknya frustrasi.
Jika orang berhasil mengatasi masalahnya dengan baik, maka keberhasilan itu akan menambah rasa percaya diri dan keyakinan kepada Tuhan, sehingga ia menjadi orang yang bersyukur kepada Tuhan.
Tetapi jika orang selalu gagal mengatasi masalahnya, boleh jadi ia akan bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Akhirnya ia putus asa.
Tetapi Tuhan sesungguhnya Maha Pemurah. Justru ketika sudah tidak ada harapan ini, kadang manusia menemukan jalan keluar. Ada terlintas di dalam pikirannya, ia menemukan cara untuk mengatasi masalahnya.
Kemudian ia mencoba mempraktikkan apa yang terlintas di dalam pikirannya itu, dan ternyata berhasil. Itu sebabnya Tuhan melarang hamba-Nya yang beriman berputus asa dari rahmat-Nya.
Dalam masyarakat yang padat informasi dengan teknologi tinggi dan persaingan hidup yang semakin ketat, pendayagunaan kecerdasan sejati menjadi sangat penting sebagai sarana yang ampuh bagi setiap orang untuk menuju prestasi profesional dan pribadi.
Oleh karena itu pemicuan dan pengembangan kecerdasan sejati menjadi sebuah kebutuhan dan layak dilakukan oleh siapa saja yang ingin berhasil dalam kehidupan.
Siapa pun orangnya, apabila dapat mengaktifkan (memicu dan mengembangkan) kemampuan terbaiknya yang berupa kecerdasan sejati tersebut, maka ia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya.
Ia akan mampu mendayagunakan kecerdasannya itu.
Kecerdasan sejati masih berupa potensi. Potensi ini akan berdayaguna bagi pemiliknya jika sudah dikembangkan. Untuk menjelaskan pengertian kecerdasan jenis ini, kita dapat menggunakan ilustrasi berikut.
Suatu hari anda tersesat di tengah hutan. Anda tidak tahu jalan keluarnya. Tetapi anda tetap berusaha untuk keluar dari hutan itu. Anda berjalan ke sana ke mari. Anda mencoba dan mencoba. Mungkin dengan intuisi atau imajinasi. Akhirnya anda menemukan jalan keluar.
Itulah hasil kerja kecedasan sejati, yang membawa anda sampai pada jalan keluar.
Kecerdasan sejati muncul karena usaha yang sungguh-sungguh dan tak kenal manyerah.
Dalam konteks yang sama, sebetulnya dengan benturan-benturan hidup, manusia menjadi semakin kuat dan semakin cerdas, selama ia tetap konsisten dalam usahanya mengatasi masalahnya.
Jadi: motivasi, kerja keras, rasa percaya diri, dan keyakinan akan berhasil, menjadi syarat utama bagi seseorang untuk terbebas dari masalah
Ia juga harus mau belajar dari pengalaman, apakah pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Justru dari belajar pada pengalaman ini, orang menjadi lebih mudah mengatasi masalahnya.
Bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik? Pengalaman menjadi guru yang terbaik, sepanjang kita berikan kualifikasi pada pengalaman itu.
Tetapi pengalaman hidup juga tidak berarti apa-apa bagi pemiliknya jika ia tidak belajar darinya. Jadi, kembali, tergantung pada manusianya.
Yang harus disadari sejak awal, pengaktifan kecerdasan sejati tidak dapat dilakukan secara instan (dalam waktu singkat). Ia membutuhkan proses panjang dan memerlukan latihan secara konsisten dan terus-menerus.
Dua kegiatan utama dalam pengaktifan (berupa pemicuan dan pengembangan) harus dilakukan secara berkesinambungan.
Namun, sekali kita berada pada tahapan terbentuknya karakter, kita sudah berada pada jalur yang benar.
Dalam kondisi ini kita dapat menggunakan kekuatan terbaik kita untuk mengatasi beragam kesulitan, sehingga hidup terasa lebih indah dan menyenangkan.
Begitu pula dengan murid-murid yang kita kasihi.
Bahkan, bukan hanya kita sendiri yang menikmati keindahan dan kesenangan hidup.
Kita juga dapat membantu orang-orang terdekat kita, orang-orang yang kita kasihi, untuk mendapatkan keindahan dan kesenangan dalam hidup seperti kita.
Dalam dunia pendidikan, guru sebagai agen pembelajaran dapat membantu memicu kecerdasan sejati para siswa, sekaligus mengembangkannya. Dengan memberikan masalah yang harus diatasi, siswa akan belajar.
Hanya saja, masalah yang diberikan pada siswa harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Jika tidak, maka siswa akan frustrasi. Upaya ini dapat dilakukan melalui materi pelajaran.
Namun dengan menggunakan teori-teori tertentu, usaha guru akan lebih mudah dalam membantu siswa membangkitkan dan mengembangkan kecerdasan sejati di dalam dirinya.
Masih ingat artikel tentang mengajar sebagai mengembangkan potensi siswa?
Kabar baiknya adalah bahwa dewasa ini banyak sekali bermunculan buku-buku tentang otak dan cara pemberdayaannya. Sebut saja, misalnya: Optimalkan Daya Pikir, Optimalkan Otak Anda, Percepatan Belajar, Revolusi Belajar, dan lain-lain.
Buku-buku tersebut berbicara tentang cara-cara mengoptimalkan otak atau pikiran.
Anda dapat membelinya di toko-toko buku langganan Anda, dan sekaligus memanfaatkannya menuju pengembangan diri sebagai guru sukses.