Beberapa hari lalu saya memposting tulisan berjudul “Merancang Pembelajaran Yang Mencerdaskan”. Sebagian pembaca bertanya: Adakah pembelajaran yang tidak mencerdaskan? Kalau ada, apa ciri-cirinya?
Dan bagaimana agar kita tidak terjebak dalam pelaksanaan pembelajaran yang tidak mencerdaskan? Berikut adalah penjelasannya.
Ciri-ciri pembelajaran yang tidak mencerdaskan:
- pembelajaran hanya berupa penyampaian materi pelajaran tanpa penguasaan oleh siswa;
- pembelajaran hanya berpusat pada kegiatan guru tanpa melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh;
- pembelajaran tidak menginspirasi siswa menuju kesuksesan hidup!
Pembelajaran yang tidak mencerdaskan tergolong ke dalam pembelajaran yang tidak bermakna.
Agar tidak terjebak pada pembelajaran yang tidak mencerdaskan, guru perlu membaca ulang ketentuan yang diatur dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Berdasarkan Permendiknas tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran harus berlangsung secara interaktif, menginspirasi siswa untuk melakukan hal-hal lain ke arah pengembangan pribadi dan kesuksesan, menantang siswa untuk menjadi lebih baik, siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, serta potensi siswa benar-benar berkembang baik fisik maupun psikologisnya.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan inti dalam pembelajaran yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sebetulnya merupakan cara guru mencerdaskan peserta didik.
Dan ketiga kegiatan inti secara menyeluruh juga mendukung pengembangan kecerdasan sesuai teori kecerdasan ganda seperti dikemukakan Howard Gardner.