Tidak berlebihan judul di atas. Secara logika memang begitu. Tiga contoh di bawah ini akan memperkuat kebenarannya!
Contoh Pertama: Dua Minggu Menyiapkan Siswa Kelas VI Memasuki Ujian
Seorang guru kelas VI SD (Sekolah Dasar) menyiapkan siswanya memasuki ujian akhir sekolah. Dari sejumlah materi pelajaran, masih ada satu mata pelajaran yang masih lemah, yakni materi pelajaran dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Materi ujian diambil dari pelajaran kelas IV (20%), kelas V (30%), dan kelas VI (50%). Materi kelas VI sudah cukup, tetapi materi dari kelas IV dan V masih kurang. Guru tidak mungkin mengulang mengajar siswa dengan materi kelas IV dan V secara menyeluruh. Maka, inilah yang dilakukan.
Guru tersebut menugasi siswanya (kelas) untuk mempelajari lagi materi pelajaran IPA dari kelas IV dan V. Kelas dibuat berkelompok, masing-masing kelompok dengan anggota empat hingga lima orang diberi tugas untuk membuat catatan tentang materi yang ditugaskan.
Tiga kelompok harus membuat catatan tentang materi kelas IV, dan tiga kelompok yang lain untuk materi kelas V. Buku Pelajaran IPA kelas IV dan kelas V bisa dipinjam di perpustakaan sekolah, atau pinjam ke siswa kelas IV dan kelas V.
Catatan dibuat dalam bentuk peta pikiran (mind mapping) dari setiap bab, yang dirinci menjadi subbab, subsubbab, dan seterusnya di kertas lebar (disebut kertas manila).
Setiap kelompok mendapatkan tugas beberapa bab, dan setiap anggota kelompok mendapatkan tugas sebagai bagian dari tugas kelompok.
Misalnya jika dalam kelompok terdapat empat anggota dan kelompok tersebut mendapatkan dua bab maka masing-masing anggota setengah bab.
Presentasi di depan kelas dimaksudkan untuk pembelajaran seluruh kelas, sekaligus untuk pengulangan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam kesempatan ini siswa lain bisa membuat pertanyaan terkait presentasi yang dijawab oleh anggota kelompok presentasi maupun kelompok lain.
Setelah materi seluruh buku di kelas IV selesai dipresentasikan di depan kelas dengan tambahan pertanyaan dari siswa, maka guru kemudian mengadakan pengulangan secara umum. Bentuknya seperti ulangan. Guru membuat soal khusus untuk pengulangan ini, siswa mengerjakan.
Hasil kerja siswa dievaluasi secara menyeluruh melalui analisis yang menyeluruh pula. Terhadap hasil yang kurang memuaskan kemudian diadakan pembahasan ulang secara klasikal, ulangan lagi hingga hasilnya benar-benar memuaskan. Target: nilai minimal untuk setiap siswa 80.
Setelah selesai pembahasan materi pelajaran kelas IV dan hasilnya benar-benar memuaskan, maka pekerjaan dilanjutkan untuk kelas V. Caranya sama dengan yang dilakukan untuk kelas IV: pembuatan catatan, presentasi kelompok, presentasi kelas, pengulangan, evaluasi.
Hasil ujian: rata-rata kelas untuk mata pelajaran IPA adalah 86, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70.
Contoh Kedua: Lima Hari Menyiapkan Siswa Mengikuti Lomba Duta Wisata Tingkat Kabupaten
Hari Selasa sekolah mendapatkan kunjungan dari Pengawas yang membawa tugas bahwa sekolah tersebut ditunjuk mewakili kecamatan mengikuti Lomba Duta Wisata Tingkat Kabupaten. Pesertanya: siswa kelas V (laki-laki). Pelaksanaan: hari Sabtu pada minggu yang sama.
Karena waktunya mendesak, maka kepala sekolah langsung menugasi guru kelas V untuk memilih siswa yang akan dikirimkan mengikuti lomba, dan meminta guru untuk menghadirkan siswa terpilih di kantor kepala sekolah. Maka, menghadaplah siswa bersama guru kelas ke kepala sekolah.
Di hadapan siswa yang didampingi oleh guru kelasnya tersebut, kepala sekolah menyampaikan informasi dan sekaligus tugas kepada siswa disertai dengan petunjuk singkat yang harus dilakukan siswa setelah pulang sekolah.
Tugas di hari pertama itu siswa diminta untuk mencari dan mempelajari materi tentang hal-hal yang terkait dengan daerah kabupaten, meliputi: tempat-tempat bersejarah, tempat-tempat wisata, kebudayaan daerah, hasil kekayaan alam, dan semacamnya.
Pada hari kedua (Rabu), di saat istirahat kedua, kepala sekolah memanggil siswa calon peserta lomba menghadap. Kepala sekolah menanyakan hasil kerja siswa. Kemudian siswa menceritakan apa saja yang sudah dilakukan terkait tugas dari kepala sekolah sehari sebelumnya.
Berdasarkan cerita siswa tersebut kepala sekolah memberikan beberapa pertanyaan dan tugas untuk memastikan bahwa siswa benar-benar telah melaksanakan tugas dengan benar.
Siswa menjawab semua pertanyan dan tugas dengan lancar. Kepala sekolah merasa puas dengan jawaban siswa.
Kemudian, dengan tersenyum kepala sekolah bertanya kepada siswa bagaimana dia mencari dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut, yang dijawab oleh siswa bahwa dia mendapatkan informasi dari internet. Ayahnya memberikan fasilitas untuk itu.
Kepala sekolah kemudian memberikan tugas kedua di hari kedua itu juga untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang kepariwisataan di kabupaten.
Misalnya: dari beberapa tempat wisata yang ada di kabupaten, tempat mana saja yang ramai dikunjungi wisatawan. Tempat mana yang masih sepi pengunjung. Mengapa bisa begitu, apa yang kira-kira menjadi penyebabnya?
Hari ketiga (Kamis) siswa dipanggil lagi menghadap kepala sekolah untuk menceritakan hasil kerja pada tugas kedua. Dengan pancingan beberapa pertanyaan, siswa tersebut kemudian menceritakan apa yang sudah diketahuinya dengan baik dan lancar.
Tugas selanjutnya adalah untuk presentasi di hari keempat (Jumat). Siswa tersebut ditugasi kepala sekolah untuk latihan mempresentasikan (secara lisan, tanpa melihat catatan) hal-hal yang sudah dipelajari di hari pertama dan kedua. Presentasi di hadapan kepala sekolah hari Jumat.
Hari keempat (Jumat) siswa tersebut menghadap kepala sekolah untuk tampil, seolah-olah sudah lomba. Kepala sekolah juga memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk menampilkan keterampilan yang dimiliki terkait dengan budaya.
Hari Sabtu siswa mengikuti lomba di tingkat kabupaten. Hasilnya: siswa tersebut mendapatkan kejuaraan, Juara I (Putra).
Berdasarkan hasil tersebut maka siswa harus meakili kabupaten ke lomba yang sama di tingkat provinsi bersama dengan Juara I (Putri) yang berasal dari kecamatan lain.
Di provinsi, pasangan duta wisata tersebut (putra dan putri) mendapatkan Juara 2.
Contoh Ketiga: Membaca Novel Atau Buku Cerita Hingga Selesai
Anda pernah membaca novel atau buku cerita bersambung atau buku pengetahuan hingga selesai? Ketika Anda pernah melakukan salah satu dari kegiatan yang ditanyakan itu, maka Anda akan dapat merasakan betapa sayangnya ketika Anda tidak bisa menyelesaikannya.
Dan, membaca novel atau buku cerita bersambung itu akan memberikan keasyikan sendiri disamping tentunya menambah pengalaman batin yang istimewa. (Untuk yang tidak pernah melakukan tentunya tidak dapat merasakan pengalaman batin yang kami maksudkan).
Point yang ingin kami ambil adalah bahwa kita kadang begitu berhasrat untuk terus membaca hingga novel atau buku cerita tersebut selesai. Bahkan andaikata novel atau cerita itu harus dibaca melalui smartphone dengan tulisan yang kecil-kecil. Tetap saja dibaca, hingga selesai!
Mengapa membaca novel atau buku cerita bisa bertahan lama sementara membaca buku pelajaran cepat lelah dan berhenti? Jawabnya: karena rasa ingin tahu yang bergelora! Rasa ingin tahu tentang “bagaimana akhir dari cerita yang dibaca”.
Otak Yang Termotivasi Menuntun Keberhasilan Diri
Ketika otak sudah termotivasi untuk mencapai sesuatu, maka ia akan menemukan jalannya untuk tercapainya sesuatu itu. Ketiga contoh di atas adalah sebagian kecil dari contoh-contoh bekerjanya orang-orang yang memiliki otak yang termotivasi.
Contoh pertama: Siswa harus bekerja marathon, dalam waktu dua minggu menyelesaikan tugas gurunya sebagai persiapan mengikuti ujian. Motivasinya adalah bagaimana mendapatkan nilai tinggi dalam ujian untuk semua mata pelajaran.
Berdasarkan nilai mata pelajaran IPA yang masih kurang, mereka harus mengulangi pelajaran kelas IV dan V sekaligus. Tetapi karena waktunya yang begitu singkat, maka cara yang digunakan adalah sebagaimana disebutkan di atas.
Mereka bisa melakukan dan berhasil karena otaknya telah termotivasi dengan baik. Tanpa motivasi yang benar, maka tugas yang diberikan guru tersebut tidak akan dilaksanakan dengan baik oleh siswa.
Contoh kedua: Hanya dengan penugasan yang diberikan oleh kepala sekolah, siswa harus mencari dan mempelajari hal-hal terkait lomba. Siswa dapat melakukan itu dan berhasil karena siswa tersebut telah termotivasi otaknya untuk berhasil melaksanakan tugas.
Motivasi untuk berhasil melaksanakan tugas telah membawa siswa tersebut pada keberhasilan dalam lomba. Bahkan hingga lomba ke tingkat yang lebih tinggi (provinsi), hanya dalam waktu persiapan yang sangat singkat.
Contoh ketiga: Orang bisa menyelesaikan membaca novel atau buku cerita yang tebal, misalnya buku Nogososro Sabuk Inten yang begitu tebal, atau buku cerita Api di Bukit Menoreh yang berjilid-jilid.
Pertanyaannya: Apa yang membuat otak termotivasi (motivated brain), dan bagaimana mengusahakan setiap siswa kita bisa memiliki otak yang termotivasi sehingga mereka selalu berhasil dalam setiap tugas?
Kita akan bahas pada tulisan berikutnya!