Model Pembelajaran Kuantum

Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.

Ketika siswa telah mengambil langkah ini, mereka patut diberi pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

Prinsip Akui Setiap Usaha mengandung konsekuensi bahwa dalam pembelajaran, guru harus mengakui setiap usaha siswa, baik usaha yang sudah tepat atau yang belum.
Perlu dipahami bahwa dalam pembelajaran kuantum tidak dikenal istilah “gagal”.

Yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah prestasi, dan masing-masing akan menjadi umpan balik demi pencapaian hasil yang tepat sebagaimana dimaksudkan.

Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Perayaan merupakan sarapan bagi pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri.

Perayaan juga akan mengajarkan kepada siswa mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”.

Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa perlu sering-sering merayakan kesuksesan belajar, dan menghubungkan belajar dengan perayaan.

Bentuk perayaan, misalnya: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari, kejutan, dan lain-lain.

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi.

Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum.

Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang dinamis.

Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate).

Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).

Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum menunjukkan ciri-ciri:

  1. penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu;
  2. pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar siswa;
  3. penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya;
  4. penggunaan bahasa yang unggul;
  5. suasana belajar yang saling memberdayakan;
  6. dan penyajian materi pelajaran yang prima.

Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan:

  1. penumbuhan minat siswa,
  2. pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian,
  3. penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia,
  4. adanya demonstrasi oleh siswa,
  5. pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan
  6. penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau tepukan.

Kembali ke bagian awal, KLIK untuk membaca …

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL