Memanfaatkan Kekuatan Kebiasaan Untuk Mendukung Prestasi Siswa

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan terdahulu dengan judul “Pentingnya Membiasakan Diri Dengan Kebiasaan Yang Baik”. Jika Anda belum membaca tulisan tersebut, silakan baca terlebih dahulu di sini agar Anda mendapatkan pemahaman yang menyeluruh.

Selanjutnya, mari kita cermati proses terjadinya pengotomatisan pada kebiasaan dan bagaimana kita membangun kebiasaan yang mendukung prestasi siswa di sekolah.

Proses Otomasi Kebiasaan

Proses ini dalam otak kita dikenal dengan sebutan “Lingkaran Kebiasaan” atau “Lingkaran Tiga Langkah”. Ketiga langkah dimaksud adalah: Pertama, ada isyarat; yakni pemicu yang memberitahu otak Anda untuk masuk ke mode otomatis dan kebiasaan mana yang digunakan.

Kedua, ada rutinitas; yang bisa fisik atau mental atau emosional. Ketiga, ada hadiah; yang membantu otak Anda mengetahui apakah lingkaran khusus ini perlu diingat untuk masa depan.

Seiring berjalannya waktu, lingkaran ini – isyarat, rutinitas, hadiah; isyarat, rutinitas, hadiah – menjadi semakin otomatis. Isyarat dan imbalan semakin terjalin hingga rasa antisipasi dan keinginan yang kuat muncul. Dan akhirnya, lahirlah kebiasaan.

Dengan memahami bagaimana kebiasaan bekerja – mempelajari struktur lingkaran kebiasaan – membuat mereka lebih mudah untuk dikendalikan.

Membangun Kebiasaan Yang Mendukung Prestasi Siswa

Kebiasaan bukanlah takdir. Kebiasaan dapat diabaikan, diubah, atau diganti. Tetapi alasan penemuan lingkaran kebiasaan itu sangat penting sehingga mengungkapkan kebenaran dasar.

Untuk mengubah atau membentuk kebiasaan baru, Claude Hopkins, seorang ahli di bidang periklanan, menunjukkan bagaimana kebiasaan baru dapat dibudidayakan dan tumbuh. Apa yang dia lakukan?

Dia menciptakan nafsu keinginan. Dan keinginan itu, ternyata, adalah apa yang membuat isyarat dan hadiah bekerja. Keinginan itu adalah apa yang mengendalikan lingkaran kebiasaan.

Sepanjang kariernya, salah satu taktik khas Claude Hopkins adalah menemukan pemicu sederhana untuk meyakinkan konsumen untuk menggunakan produknya setiap hari.

Dia menjual Quaker Oats, misalnya, sebagai sereal sarapan yang dapat menyediakan energi selama dua puluh empat jam – tetapi jika Anda makan semangkuk setiap pagi.

Dia mengulurkan tonik yang menyembuhkan sakit perut, nyeri sendi, kulit yang buruk, dan “masalah wanita” – tetapi hanya jika Anda meminum obat pada penampilan pertama gejala.

Tak lama kemudian, orang-orang melahap oatmeal saat fajar dan meminumnya dari botol cokelat kecil setiap kali mereka merasakan sedikit kelelahan, yang sering terjadi setidaknya sekali sehari.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka ketika kita ingin membangun kebiasaan yang mendorong prestasi siswa, kita perlu menciptakan nafsu keinginan bagi siswa untuk berprestasi.

Minimal, keinginan tersebut haruslah sesuatu yang membuat siswa bangga jika berprestasi, sehingga membangkitkan semangat dan gairah untuk menjalani kebiasaan sebagai sarana meraih prestasi yang diinginkan.

Berikut adalah contoh langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika akan membangun kebiasaan baru yang mendukung pencapaian prestasi terbaik bagi siswa:

  • Buat isyarat atau pemicu untuk terjadinya rutinitas;
  • Lakukan rutinitas yang mengarah pada tercapainya prestasi terbaik;
  • Siapkan hadiah bagi siswa yang telah melakukan pekerjaan secara rutin.
Catatan: Di sekolah mungkin sudah terbangun kebiasaan yang mendukung pencapaian prestasi terbaik siswa namun dirasa belum efektif. Dalam hal ini, maka rutinitas yang harus diubah. Isyarat dan pemicu boleh sama, tetapi rutinitas harus diubah.

Justru hanya dengan mengubah rutinitas ini–sementara isyarat dan hadiah masih sama–perubahan kebiasaan akan efektif. Selanjutnya, karena rutinitas berubah maka kebiasaan menjadi berubah, dan hasil pun menjadi berubah!

Baca tulisan sebelumnya: Pentingnya Membiasakan Diri Dengan Kebiasaan Yang Baik.

0 comments… add one

Tinggalkan Balasan

Essential SSL