Dalam pembelajaran, kita mengenal tiga tahapan belajar, yakni: (1) pemerolehan atau penyerapan informasi, (2) penyimpanan informasi di dalam ingatan, dan (3) pemanggilan ulang informasi yang tersimpan di dalam ingatan untuk penggunaan lebih lanjut.
Ketiga tahapan tersebut sering disebut sebagai input – proses – output. Input adalah suatu aktivitas untuk memperoleh informasi. Hal ini bisa dilakukan melalui aktivitas membaca, mendengar, mengamati, curah pendapat, dan lain-lain.
Proses adalah aktivitas untuk menyimpan informasi yang diperoleh di dalam ingatan dengan maksud agar suatu hari nanti informasi yang tersimpan tersebut dapat dipanggil ulang untuk digunakan. Proses penyimpanan ini harus dilakukan secara sengaja.
Output adalah aktivitas untuk memanggil ulang informasi yang tersimpan untuk digunakan dalam pemecahan masalah sehari-hari, atau untuk kepentingan pendidikan.
Baca ini: Daya Ingat Siswa dan Mnemonik, Teknik Memudahkan Ingatan.
Encoding adalah proses menyampaikan informasi ke benak peserta didik. Storage merupakan proses penyimpanan informasi di dalam benak. Dan, retrieval adalah proses pemanggilan ulang informasi ketika dibutuhkan.
Mana Yang Lebih Dikuatkan Dalam Pembelajaran?
Dalam pembelajaran pun kita para guru perlu memperhatikan ketiga tahapan belajar di atas agar pembelajaran yang kita lakukan bersama siswa efektif. Keefektifan pembelajaran diukur melalui proses dan hasil.
Jika proses baik diharapkan hasilnya pun baik. Keduanya harus mendapatkan perhatian serius.
Ada yang berpikir bahwa encoding harus dikuatkan karena ini adalah proses awal memasukkan informasi ke siswa. Jika pemasukan informasi baik maka penyimpanan akan baik. Jika penyimpanan baik maka pemanggilan ulang juga akan baik.
Ada juga yang menyebutkan proses penyimpanan yang harus dikuatkan. Karena dengan proses penyimpanan baik maka pemanggilan ulang akan baik.
“Bagaimana pemanggilan ulang informasi akan menjadi baik jika proses penyimpanannya tidak jelas?” begitu alasan si pemilih penyimpanan ini.
Kelompok ketiga adalah yang memilih pemanggilan ulang informasi yang harus dikuatkan. Alasannya, belajar itu dimulai dari mendapatkan informasi; kemudian menyimpan informasi ke dalam benak. Yang terakhir adalah pemanggilan ulang informasi.
Note: Menurut hemat kami, semua tahapan belajar di atas bermuara pada pemanggilan ulang informasi agar dapat digunakan dalam situasi baru. Misalnya untuk keperluan ulangan atau ujian, atau untuk pemecahan masalah.
Sebab itu tahapan ketiga harus dikuatkan, dan perlu dilakukan pelatihan secara khusus dan intensif.
Melatihkan Pemanggilan Ulang Informasi Kepada Siswa
Pemanggilan ulang informasi (retrieval practice) dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut adalah tiga contoh yang bisa dikembangkan untuk pembelajaran di kelas.
1. Gunakan pertanyaan harian. Tahapan ini digunakan untuk membangun kepercayaan diri siswa dan menghilangkan beban mental bahwa belajar adalah sesuatu yang sulit.
Guru dapat memancing ingatan siswa dengan menanyakan hal-hal sederhana yang sudah dilakukan atau sudah dialami oleh siswa.
2. Presentasi resume pelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk membuat resume dengan bahasa sendiri atas pembelajaran yang baru saja diikuti.
Selanjutnya siswa disuruh menceritakan secara lisan tanpa melihat catatan yang sudah dibuat tersebut kepada seluruh siswa di kelas.
3. Pemecahan masalah terfokus. Guru menyiapkan masalah tentang materi pelajaran yang sudah disajikan kepada siswa.
Siswa diminta untuk memberikan solusi terhadap masalah yang disiapkan guru tersebut berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran sebelumnya.
Intinya: siswa menjadi terbiasa memanggil ulang informasi yang tersimpan di dalam ingatan mereka untuk keperluan sehari-hari, baik untuk keperluan pembelajaran maupun untuk keperluan di luar pembelajaran.
Baca juga yang ini: Ajarkan Kepada Siswa Belajar Bagaimana Caranya Belajar